Suasana kamar nomor 203 itu nampak mencekam. Aku terduduk lemas mencoba mereka-reka apa saja yang telah terjadi beberapa saat yang lalu. Sebuah pistol masih tergenggam erat di tanganku. Nampak terkapar bersimbah darah di depanku, Beni calon suamiku. * * * Namaku Rani, seorang gadis biasa yang oleh beberapa orang temanku disebut-sebut memiliki hidup yang sempurna. Wajah cantik, keluarga yang mapan, dan satu yang paling membuat banyak orang merasa iri adalah Beni, calon suamiku itu memang menjadi rebutan banyak wanita. Seorang pengusaha muda, sukses, tampan, dan dia sangat mencintaiku; paling tidak itu yang aku tahu. Hari pernikahanku sudah dekat, segala persiapan sudah mendekati tahap akhir. Sebuah pesta pernikahan yang sesuai dengan mimpiku sedari dulu. Memang sih sebagian besar persiapan pernikahan kami aku yang mengaturnya. Bukannya Beni tidak mau membantu, tapi pekerjaannya seakan menenggelamkannya dalam lautan kesibukan. Aku maklum. * * * "BENI ITU BAJINGAN, TINGGALK...
Wkwkwk From Home | Ambyar sejak dalam pikiran