Langit kota Solo siang itu terlihat cerah, terlihat sekumpulan awan putih berarakan membentuk pola perdu ilalang semu. Angin bertiup lembut dengan syahdu, melagukan syair rindu dari hati yang tak kunjung bertemu. "kamu ada acara nggak Shin?", tanyaku kepada Shinta di ujung saluran telepon. "nggak ada mas, emang arep ngopo?", jawab Shinta agak malas. "jalan-jalan yuk, suntuk nih..." "kemana?", tanya Shinta agak bersemangat. "sak karepmu lah, bentar lagi tak jemput ya.." "oke.. tapi aku males mandi. hehehe..", sahut Shinta. "halah.. nggak usah mandi kowe udah cantiknya naudzubillah nduk.." "haiyaah.. gombalanmu ora mempan mas buatku, cih!", jawab Shinta sambil terbahak. Setengah jam kemudian aku sudah sampai di rumah Shinta di Sukoharjo. Jarak Wonogiri - Sukoharjo memang tak terlalu jauh, motor bebekku bisa sedikit menyombongkan diri bisa melahapnya dalam waktu 15 menit. "...
Suasana bangsal pediatric di rumah sakit marga husada di kota karang kadempel nampak seperti biasa. Banyak ranjang yang kosong, hanya beberapa saja yang terisi, kira-kira tak sampai 8 anak. Sesekali terdengar suara rengekan anak kecil yang ingin turun dari ranjang karena merasa bosan berada di dalam bangsal yang suasananya mungkin cukup traumatis bagi anak-anak. Suasana mendadak riuh, terlihat dari arah koridor beberapa mahasiswa co-schaap (koas) berjalan menuju bangsal pediatric yang letaknya berada di ujung koridor beratap genteng warna coklat tua yang mulai berjamur itu. Jas putih mereka terlihat kontras dengan tiang selasar yang sepertinya sudah lama tidak dicat ulang. Yang cukup menyita perhatian adalah di antara mereka terdapat beberapa mahasiswa exchange dari negeri Belanda, londo cewek, noni-noni lah kalo mbah-mbah kita dulu menyebutnya. Rambutnya coklat terang sebahu, matanya biru, hidungnya mancung seperti artis Hollywood. Kalo digambarkan sekarang mungkin mirip dengan pe...